Selasa, 12 Oktober 2010

Kerajaan Mughal

A. ASAL - USUL KERAJAAN MUGHAL

 


Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.

Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid I (705-715) melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim tahun 711/712, peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India.








Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta meng¬islamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Khalji (1296¬1316 M.), Dinasti Tuglag (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451), dan Dinasti Lodi (1451-1526).

Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.

Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399, namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India.

Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, "Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk-penulis) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu."

Ensiklopedia Islam bahakn menyebutkan “Mogul (Mughal-pen) didirikan oleh seorang penjajah dari Asia Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur dari etnis Mongol.”

Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.[1]
Zahiruddin Babur (1482 – 1530) mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi pimpinan Ibrahim Lodi yang tengah berkuasa di India. India pada saat itu tengah dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab denga ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tetaranya menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India. [2]
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:

1. Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
2. Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Raja-raja Mughal
Ada pun susunan penguasa kerjaan mughal sebagai berikut
1. Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2. Humayun (1530-1539 M)
3. Akbar Syah I (1556-1605 M)
4. Jehangir (1605-1628 M)
5. Syah Jehan (1628-1658 M)
6. Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M
7. Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8. Azimus Syah (1712 M)
9. Jihandar Syah (1712 M)
10. Farukh Siyar (1713-1719 M)
11. Muhammad Syah (1719-1748 M)
12. Ahmad Syah (1748-1754 M)
13. Alamghir II (1754-1759 M)
14. Syah Alam II (1759-1806 M)
15. Akbar II (1806-1837 M)
16. Bahadur Syah II (1837-1858 M)[3]
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari ka¬langan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pim¬pinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.

Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.

Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M), ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.[4]
Humayun digantilan oleh anaknya, Akbar yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.[5]
Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.

Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.

Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Sultan Akbar membentuk suatu bahasa yang dipergunakan untuk mempersatukan seluruh bangsa yang ada di bawah kekuasaannya, bahasa Urdu yang tetap dipakai sampai sekarang di Pakistan. Sultan Akbar berhasil memajukan kerajaan Mughal India dengan cara mendamaikan golongan Islam dan golongan Hindu, meredakan perselisihan yang tiada henti, memakmurkan rakyat dengan menghilangkan segala pajak, juga memperluas perekonomian dalam segala cabangnya serta memperbesar perdagangan dengan luar negeri.[6]
Sultan Akbar menyusun sebuah pola cultural periode Mughal yang didasarkan pada kombinasi antara peninggalan Chaghatay di Asia Tenggara (yang disampaikan oleh Babur) dan warisan kesultanan Delhi. Peninggalan Chaghatay menekankan peran penguasa sebagai panglima tentara dan sebagai pemimpin jihad lalu Sultan Akbar menyusun pola baru mengenai sejumlah peringkat keagamaan dan mengenai kebijakan kultural. Ketika ia menarik simpati ulama muslim dengan menghibahkan sejumlah madrasah dan perpustakaan, ia sekaligus juga mensponsori sebuah kultur yang lebih universalstik.[7]
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627) yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.

Syah Jehan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.

Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Syah Jehan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Syah Jehan membangun Taj mahal untuk makam permaisuri yang sangat dicintainya. Bangunan itu menjadi kekaguman dunia sampai sekarang, termasuk salah satu daru tujuh keajaiban dunia. Tidak kurang pentingnya masjid Moti “masjid Mutiara” di Agra. Seluruhnya terbuat dari marmer dan dipahatkan ayat Al – Qur’an didalamnya dengan mempergunakan marmer hitam.[8]
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.

Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain mem¬perlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
B. KEMAJUAN YANG DICAPAI KERAJAAN MUGHAL
1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a. Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlansung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
b. Pemerintahan daerah dipegan oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang subdistrik yang di pegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat – pejabat itu memag diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
c. Akbar menerapkan Politik Toleransi Universal (Sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibaedakan karena perbedaan etnis dana agama. [9]
d. Pada masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperium yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar – pembesar Afghan, Iran, Turki dan Muslim Asli India. Peran peguasa di samping sebagai seorang panglimba tentara juga sebagai pemimpin jihat.
e. Para pejabat dipindahkan dari sebuah Jagir (sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa) kepada Jagir lainnya untuk menghidarlan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f. Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalah gunaan oleh kaum petani.
2. Bidang Ekonomi
a. Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b. Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan Muqaddam atau Patel, yang mana kedudukan yang dimikinya dapat diwarikan, bertanggung jawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemelikan atas tanah hak mewariskanya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
c. Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuati dengan sistem Zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarya beban tersebut didasarka kepada nilai rata – rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada Jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menajaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pegawasan terhadap agen – agen Jagirdar, dan seorang chaudhuri yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d. Perdagangan dan pengolahan industry pertanian mulai berkembang. Pada masa Akbar konsesi perdaganan diberikan kepada The British East India Company (EIC) untuk menjalankan usaha perdaganan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor peral dan jenis logam lainnya dalam jumlah yag besar.
3. Bidang Agama
a. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, dimana pada itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din – I – ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bagjab Ajbar dituduh membuat agama baru. Prakteknya, Din – I – ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namu konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat – umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol – simbol agama yang di kedepankan.
b. Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tanga terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia – siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sagat kuat, hal itu terlihat denga digunakannya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampura buadaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan buadaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c. Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal member tempat bagi Syi’ah untung mengembangkan pengaruhnya.
d. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mashab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
e. Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi ditunjukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din - I – ilahi.
4. Bidang Seni dan Budaya
a. Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubhaan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan Aini akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b. Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang Arsitektur. Taj Mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikut oleh Istana Fatpur Sikri peinggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), Benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530 – 1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Jami At – Talla (1405).
c. Taman – taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Sebab – sebab Kemajuan
Kerajaam Mughal tidak mecapai kejayaa secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlanga disebabkan faktor – faktor sebagai berikut :
a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam – Hindu, ataupun India – Non India (Persia – Turki).
b. Hingga Pemerintaha Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepempian raja dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotism yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para “Bangsawan Mughal mengemban tanggug jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangya kegiatan Ilmiah dan Sastra.
C. Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605). Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707) masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
Sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
A) Internal : Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
B) Eksternal : Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan
kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum
muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris
melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada
waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus
memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat
secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik
yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan
itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan
hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi,
rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal
terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan
dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur
dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris
di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau "kasar" dalam melaksanakan ide-ide puritan
dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar